Daftar Isi
Jakarta, CNN Indonesia —
Nilai tukar rupiah jatuh dalam beberapa waktu terakhir. Rupiah jatuh ke posisi Rp16.265 dolar AS di perdagangan pasar spot pada Jumat (19/4) pagi ini.
Jatuhnya mata uang Garuda di momen Idulfitri 1445 H dipicu oleh serangan yang dilancarkan Iran atas Israel sejak akhir pekan lalu. Serangan memicu kekhawatiran para investor alias pasar.
Akhirnya, mereka melarikan dana mereka dari aset berisiko seperti rupiah ke instrumen yang lebih aman seperti dolar AS dan emas. Alhasil, rupiah ditinggalkan sehingga ambles tembus Rp16 ribu.
Nah, di tengah kondisi itu apa yang harus kita lakukan?
1. Investasi logam mulia, emas, dan SBN
Perencana Keuangan Andi Nugroho mengatakan dalam kondisi rupiah melemah, biasanya harga logam mulia akan turun. Karena itu, ia menyarankan untuk berinvestasi logam mulia saat ini.
“Namun kalaupun harganya tidak turun, paling tidak kita bisa menyimpannya untuk jangka waktu paling tidak setahun sebelum dapat cuan,” katanya kepada CNNIndonesia.com, Jumat (19/4).
Selain logam mulia, ia juga menyarankan untuk berinvestasi Surat Berharga Negara (SBN) karena yield atau imbal hasil obligasi akan naik seiring menguatnya dolar AS terhadap rupiah.
Sementara itu, Perencana Keuangan Budi Rahardjo menyarankan Anda untuk mendiversifikasi aset dengan emas. Secara internasional, sambungnya, harga emas memiliki acuan harga dalam dolar AS, sehingga apabila dolar menguat otomatis simpanan emas Anda juga meningkat harganya.
“Begitu pula apabila harga emas sebagai komoditas meningkat, maka simpanan emas kita juga meningkat,” katanya.
2. Jangan beli barang impor
Andi juga menyarankan untuk tidak belanja barang impor jika hanya sebatas keinginan dan barangnya juga sebenarnya tidak terlalu penting. Pasalnya dengan pelemahan rupiah, Anda harus merogoh kocek lebih dalam untuk membeli barang impor.
Namun jika membeli barang impor karena memang untuk diperjualbelikan lagi atau merupakan belanja barang baku, maka mau mau tak mau Anda memang harus membeli dengan harga lebih mahal.
“Konsekuensinya adalah kita ikut menaikkan harga jual produk kita, atau mengurangi margin keuntungan. Atau pilihan lainnya adalah mencari barang substitusi dari dalam negeri bila memungkinkan,” katanya.
3. Tak harus timbun dolar
Andi mengatakan Anda tak perlu terburu-buru untuk mengoleksi dolar di tengah pelemahan rupiah. Jika Anda berbisnis atau sering bertransaksi dengan dolar, atau sedang menyekolahkan anak di luar negeri, maka Anda bisa menimbun dolar AS.
“Namun bila tidak ada kepentingan atau keinginan berinvestasi di dolar AS, ya tidak perlu menimbunnya juga,” katanya.
(agt)